Thursday, September 13, 2012

Aku,Arya dan Senja


Aku meletakkan secangkir minuman diatas meja, untuk satu orang tamu. Bude Lasmi sedang sakit, jadi banyak kerabat dan teman nya yang menjenguk.

Aku mengambil sekantung plastik yang berisi obat-obatan untuk di minum oleh Bude. Saat itu, sayup-sayup aku mendengar suara anak cowok di luar kamar. Setelah itu, cowok tersebut masuk ke kamar. Wah, cakep banget!
 “Ini Bude,” ujarku menyerahkan obat.
Dengan ekor mata, aku melihat cowok itu memperhatikan ku. Ya, ya… pasti dia mengira aku pembantu baru! Dengan canggung, aku kembali ke dapur untuk membuatkan satu minuman lagi. Untuk nya. Wanita setengah baya tadi pasti ibu nya, teman bude Lasmi.”
“Ketemu cowok keren kenapa disaat nggak tepat gini? Disaat penampilan ku lecek… ya ampiuun!!”
Aku meletakkan segelas minuman lagi diatas meja. Kemudian aku keluar.
“Sher, kamu belum mandi, ya? Padahal rencana nya gue mau ngajak lo jalan hari ini.” Ujar Denny.
“Ah, nggak mau. Pasti kamu mau ke tempat teman band kamu lagi. Iya, kan? aku udah kapok nih! Kemarin, aku udah kayak sapi ompong nemenin kamu. Kamu latihan, aku cuma bengong!”
“Ah, kamunya aja yang nggak mau ikutan. Setidaknya belajar metik gitar, kek.”
“Keriting ntar jari aku!”, jawabku acuh.
“Hai, Den!” sapa cowok yang mirip Zayn Malik ini. Mungkin dia pengen gabung sama pembicaraan aku dan Deni.
“Siapa nih?” tanya Arya sambil menunjuk ku.
“Kenalin, Shera! Dia anak teman ayah ku. Dia kesini mo jadi saudagar…”
Aku mempelototi Deni.
“Ups…liburan maksudnya!” ujar Deni sambil nyengir.
Kami berjabat tangan. Seperti mimpi bisa berjabat tangan dengan Arya.
“Sher, kamu sekolah dimana?” Tanya Arya.
“Udah tamat kok, baru liburan.” Ujarku gugup.
Udah, segitu aja. Tapi kan tetap aja, menyentuh! Selanjutnya, Arya ngobrol-ngobrol dengan Deni. Aku? Cukup jadi pendengar yang baik…
Setelah beberapa lama, Arya permisi pulang.
“Shera, aku pulang dulu ya!”
Hampir aku nggak bisa menjawab. Ah, cowok sekeren dia?! Aku mau deh jadi Sandra Bullock di Speed selanjutnya asalkan main bareng Arya…
* * *
Hari ini panas banget! Jalan-jalan sendirian di kota besar gini emang bikin keki! Tadi Deni mengajak aku ke Bioskop, mau nonton film horror. Terang saja aku nggak mau. Soalnya, semalam Deni juga bawa pulang compack disk film horor Korea yang berjudul Phone. Huft, nafas ku senggal senggol jadi nya! Masa hari ini aku harus nonton film horor lagi?
Saat sedang menyetop taksi, tiba-tiba mata ku tertuju pada seorang cowok yang naik satria. Sama! Dia juga melihat ke arah ku. Dia minta aku menunggu nya. Dengan terpaksa aku membatalkan taksi.
“Maaf ya Pak, nggak jadi…” taksi itu pun berlalu.
“Shera, kan?”
“Arya, darimana?” Tanya Shera.
“Habis dari latihan basket. Mau pulang, sekalian aja yuk?” ajak Arya.
“Nggak apa-apa nih? Ntar ada yang marah lagi. “ goda ku.
“Ha..ha.. justru aku mau marahin si Deni yang udah ngebiarin kamu jalan ssendirian kayak gini!”
“Oke, bisa aku naik? “ tanya ku.
“Tentu!.”
* * *
Sehabis beli bakso di persimpangan, aku memilih untuk membeli es cendol dulu baru pulang. Saat itu, mata ku tertuju pada seorang cowok yang lagi naik Satria. Awalnya dia melihat ku hanya sekilas. Kemudian, dia melihatku lama dengan pandangan… tidak kenal! Apalagi di belakang nya ada cewek!
Aku udah senyum sama dia sejak tadi, eh…malah dibalas dengan kening yang berkerut! Masa sih, Arya lupa dengan ku?! Apa dia kecelakaan trus amnesia? Ah, sinetron banget!
* * *
Aku membukakan pintu rumah sesudah mendengar ada orang yang memencet bel.
“Hai, Sher?” sapa Arya.
“Hai juga! Masih ingat sama aku?” ujar Shera kesal.
“Ya masih donk! Dua kali pertemuan udah cukup bagi ku untuk ingat kamu.”
“Dasar, gombal! Di pertemuan ketiga, kamu tuh cuek banget ya!”
“Udah segini ramah masih di bilang cuek?”
“Oh, ramah ya kalo jumpa dijalan terus kita senyumin malah di balas dengan kening yang berkerut. Seolah-olah nggak kenal gitu?”
“Ha..ha..ha..”
“Ketawa lagi, lucu banget ya?!”
“Kamu nggak membiarkan aku masuk dulu, Sher? Ngomong di pintu, pamali…”
Aku membiarkan nya masuk.
“Mana pacar kamu, kok nggak di ajak?”
“Shera, Shera… aku mau ketawa lagi nih! Ha..ha..”
“Tuhkan, masih syukur dia amnesia kemaren. Nah ini, gila beneran!” ejek ku.
Heran, apanya yang lucu sih?
“Sher, masa kamu cemburuin kembaran aku sih?”
“Kembaran? Kamu kembar?” ujar Shera tidak percaya.
“Iya. Kembaran ku itu, nama nya Agung. Pantes, dia cerita ke aku kalo ada cewek yang senyum- senyum gitu sama dia. Karena nggak kenal dia cuek aja. Terus…”
“Eh, enak aja! Beda ya, kalo senyum sama senyum-senyum. Kalo senyum-senyum kesan nya aku genit! Tapi kan aku senyum doank.”
“Yaudah, aku kenalin,” goda Arya.
“Malu, ah! Ohya, mau cari Deni? Dia lagi nggak ada.”
“Aku nggak nyari dia,” ucap Arya dengan nada serius.
“Tapi bude Lasmi udah sembuh, loh! Masih mau jenguk?”
“Ha..ha.. aku nyari kamu!”
“Aku? Buat apa?”
“Temenin aku besok sore ya, aku mau nyari bintang laut untuk bahan praktikum.”
“Lho, kenapa harus aku?”
“Ya elah! Ternyata masih aja ada orang yang cerewet nya ngalahin nenek aku! Ikut aja deh, nggak usah banyak tanya.”
“Hah, besok? Besok kan hari…” ujar Shera dalam hati.
“Gimana, mau kan?”
“Emang ada pilihan lain?”
* * *
Kalau biasanya aku cuma ngeliat Arya menaiki Satria nya,  kali ini justru aku duduk di belakang nya! Aneh, kenapa dia menjemput ku pukul setengah enam sore? Sebentar lagi kan malam! Apa dia mau menjadikan ku ‘tumbal’ untuk Nyi Roro Kidul? Ha..ha..
Aku dan Arya berjalan di bibir pantai, kaki kami basah oleh air.
“Hei, lekas dong nyari bahan untuk praktikum nya! Bentar lagi malam,”
“Ah, ngapain? Aku belum bilang ya, kalo aku kuliah di Hukum! Jadi aku belajar tentang pasal-pasal, bukan bintang laut!”
“Oh, begitu ya? Udah, antar aku pulang! Dasar pembohong!” ujar Shera kesal.
“Tunggu dulu, ” jawab Arya.
“Eh, denger ya! Kesalahan aku yang pertama, udah mau menemani kamu kemari! I don’t want to do the second trouble!”
“Tunggu sebentar aja. Aku mau ngambil sesuatu!” balas Arya.
“Hei, nyebelin banget sih, masa aku kamu tinggal sendirian?” jawab Shera.
“Huh, seandainya di samping aku ada Hummer, bisa benjol kepala si Arya itu! Masa di hari ulang tahun ku, aku malah di tipu oleh nya?! Ya ampun, matahari hampir terbenam lagi…”
Eits, ada yang menutup tangan ku dengan sebelah tangan nya. Saat aku membuka mata dan berbalik, aku mendapati Arya!
“Selamat ulang tahun, ya?! “
Arya memperlihatkan kue tart mungil yang tadi di sembunyikan dari ku.
“Arya?” ucap Shera seperti tidak percaya.
“Deni yang kasih tau,” ucapnya sambil tersenyum.
“Walaupun kamu nggak merayakan bersama keluarga, tapi kita bisa merayakan nya berdua disini sampe matahari terbenam…”
Aku memandang Arya.
Make a wish…”  balasnya.
Aku memejamkan mata.
“Ya Tuhan, aku pikir ulang tahun ku kali ini akan terasa hambar. Ternyata ini lah ulang tahun terindah dalam hidup ku!” ujar Shera dalam hati.
Aku meniup lilin. Kemudian kami sama-sama menikmati langit yang hampir senja. Burung camar tampak berterbangan. Matahari mulai bersembunyi di ufuk barat.
Aku dan Arya melewati nya bersama…


* The End *
Post By : Farah Aulia Putri

0 komentar: