Cerpen " Tentang Rasa"
Di Sebuah Emperan Cafe
Febby menengadahkan kepala, melihat setiap rinai hujan yang turun membasahi telapak tangannya. Ia mendesah pelan. Awan masih bersenandung, mengeluarkan bunyi gemuruh, melantunkan irama pilu. Daun-daun dari pepohonan di pinggir jalan bergoyang-goyang, menggigil kedinginan diterpa air hujan. Dari balik awan hitam, terlihat kerlap-kerlip kilat yang menyambar. Saat ini langit sedang berbicara, menyuarakan hati Febby yang terasa begitu……hampa.
Febby adalah seorang siswa SMA kelas XII, dengan rambut lurus sebahu, lesung pipi di kedua pipinya, juga kulit putihnya membuat Ia tampak selalu cantik. Ia menurunkan kedua tangannya lalu kembali menatap ke depan. Menatap kosong jalanan yang sepi saat ini. Sudah lama ia menunggu, duduk sendiri di bawah emperan café. Satu jam sudah Dia berdiam disini, membisu seperti orang bodoh. Febby merogoh tasnya, mengeluarkan sebuah handphone mungil dari sana. Ia membuka flap ponselnya, dan selang beberapa detik Febby sudah mendekatkan ponsel itu ke telinga.
“He-hem..Iya..” ucap Febby singkat, kemudian Ia menutup flap ponselnya kembali. Dengan rasa kecewa yang amat dalam, Ia pun berlari pulang kearah hujan tanpa memperdulikan derasnya air hujan yang akan membasahi tubuh mungilnya. Ia tak peduli, meskipun nantinya Ia akan kedinginan atau sakit. Mungkin Ia sekarang merasa hanya hujan yang bisa mewakili dan menutupi rasa kekecewaan dan air mata yang semakin deras meluncur dari kedua kelopak matanya. Percuma, percuma Ia menunggu. Hanya ini yang bisa Ia lakukan berlari dan terus berlari. Entahlah, apakah Ia akan sampai dirumah dengan selamat atau tidak.
~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::
Sesampai Febby di Rumahnya
Febby membuka pintu rumahnya perlahan dan menutupnya kembali. Lalu Ia berjalan lesu menaiki tangga menuju kamarnya yang kebetulan berada di lantai dua dengan baju yang sudah basah kuyup dan mata yang sangat sembab. Ia tak mau orang tua dan kakaknya melihat keadaannya yang sedang kacau seperti ini. Keadaan yang tidak pernah Ia perlihatkan ke orang lain. Yap, setiap hari Febby memang terlihat sangat ceria, meskipun Ia sedang dalam keadaan sedih, Ia selalu memperlihatkan ke orang-orang bahwa Ia sedang ceria meskipun hatinya sedang sakit.
Di Kamar Febby
Febby pun melempar tas yang sudah dipakainya sejak tadi dan mengambil handuk untuk mandi dan berjalan kekamar mandi yang berada di kamarnya itu, setelah itu Dia berganti pakaian, karna sudah malam Dia pun memakai baju tidur warna biru kesayangannya. Setelah sedikit menyisir rambut dan melihat keadaan matanya yang sangat sembab di kaca. Ia pun mendesah pelan. Lalu merebahkan diri di kasurnya.Lalu, Febby pun mengambil ponselnya di dalam tas. Saat Ia membuka flap ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan masuk.
Sender : Indra
Message : Sekali lagi maaf ya, kalo aku keluar wartawan bakal ngepung Aku. Kapan-kapan aja kita jalannya, ya??
Febby tersenyum tipis, lalu tak menghiraukan pesan itu. Ia tahu bagaimana keadaan Indra disana. Sedang bersembunyi dari kejaran wartawan. Entah apa yang membuat ibu-ibu & para remaja wanita begitu tertarik dengan kelanjutan berita dari seorang Indra Aditya, penyanyi papan atas yang sangat tampan dan berumur 19 tahun, kini tengah diguncang gosip hebat. Dan media-media itu benar-benar keterlaluan, untuk apa sih mengekspos privasi seseorang sedemikian rupa? Febby teringat kaki Indra yang sudah terkilir tujuh kali karena desak-desakn dan kejar-kejaran dengan para wartawan rusuh itu.
Memikirkan hal itu, mau tak mau Febby kembali teringat tentang gosip-gosip itu. Tentang gosip kedekatan Indra dengan seorang penyanyi wanita pendatang baru yang juga sedang naik daun, yang bernama Jessica. Bahkan kabarnya mereka akan membuat album duet yang kedua. Jessica seorang penyanyi terkenal. Sedangkan Febby?? Dia hanya perempuan yang berumur 18 tahun biasa. Menjalani hidup dengan bersekolah, kembali ke rumah, mengerjakan pr, dan begitu seterusnya. Pernahkah Indra mengakui Febby sebagai kekasihnya di hadapan publik? Tidak. Meskipun Febby termasuk cewek yang popular dan pintar di sekolahnya. Meskipun Febby tau jika Indra sangat mencintainya.
“ Ayolah, Febby jangan berpikir macam-macam tentang Indra,, Kamu harus percaya sama Dia!!!”, batin Febby berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Malam ini, adalah yang kesekian kalinya Indra membatalkan janji. Febby sedikit lega mengetahui Indra tidak sedang melakukan promo album bersama Jessica atau sedang bernyanyi satu panggung bersama wanita itu.
Karena mungkin sudah kelelahan, Febby pun tertidur, karena Dia besok harus bangun pagi untuk sekolah.
Keesokan harinya, Saat sepulang sekolah
Febby selalu pulang bersama temannya, yang bernama Lisa karena satu arah. Lisa berambut panjang sedikit bergelombang dan sangat fashionable. Contohnya, mobil yang akan mereka naiki saja adalah keluaran terbaru dari Jepang lagi, tau deh harganya berapa, milyaran kali !!!!
Walaupun begitu, Lisa tidak pernah sombong pada teman-temannya. Dan diantara teman-teman Febby yang lain, hanya Lisa-lah yang tau kalau Febby tengah berpacaran dengan Indra, seorang penyanyi terkenal.
Di Perjalanan Pulang
“Febb, gimana kemarin?? Jadi ketemu sama yayangmu??”, ucap Lisa sambil terus menatap ke depan, karena sedang mengendarai mobil.
“Enggak Lis, dia kemarin sedang sembunyi dari kejaran wartawan!!”, ucap Febby sambil menggeleng sedih.
“Sudahlah Febb, Kamu harus ngerti’in Dia juga dong, kasian kan Dia sampek dikejar-kejar wartawan gitu lagi!!”, ucap Lisa sambil mengelus pundak Febby, seakan tau jika Febby kini tengah menahan tangisnya yang bisa kapan saja pecah.
“emmm,,,,,,,,,Iya Lis!!”, lirih Febby.
“Yang sabar ya? Ehh udah sampek nih!!”, ucap Lisa sambil memberhentikan mobilnya.
“Iya makasih ya Lisa. Kamu memang sahabat Aku yang paling pengertian deh!! Aku turun dulu ya!!” Ucap Febby sambil tersenyum dan turun dari mobil Lisa. “Sampai jumpa lagi!!” ucap Febby diikuti dengan anggukan dari sahabatnya itu. Beberapa saat kemudian, mobil Lisa sudah menjauh dari pandangan Febby. Setelah itu Febby memasuki rumahnya, yang tampak sepi, karena jam segini orang tua dan kakaknya masih bekerja.
Malam harinya, Di Kamar Febby
Ia menatap langit-langit kamarnya yang bewarna biru tua. Febby pun meraih ponselnya lagi, lalu membuka flapnya,. Ah, tidak ada yang perubahan. Tetap saja foto Indra dan dirinya yang tengah tersenyum manis di layar ponselnya. Meskipun Ia senang dengan foto itu. Tapi Dia akan lebih senang jika yang tampak disana adalah sebuah panggilan atau pesan masuk dari Indra.
Merasa bosan dan belum mengantuk. Mungkin karena besok adalah hari Minggu, jadi besok adalah hari libur. Febby pun bangun dan mengambil remote yang berada di atas meja kamarnya. Ia menyalakan TV, mengganti channel beberapa kali, hingga akhirnya menemukan seseorang yang sekarang ini sangat ingin dipandanginya. Tapi, keinginan itu tidak tersampaikan disaat Ia melihat seorang wanita disampingnya. Yap, Indra dan Jessica kini tengah duduk berdua dibelakang meja dengan beberapa orang yang lain. Juga terdapat banyak sekali mikrofon yang terletak diatas meja depan mereka yang memburu suara mereka. Febby terdiam, tak berniat mengganti channel sekalipun dadanya terasa sesak akan hal itu.
Yap, seperti biasanya press conference. Meski press conference sudah diadakan ribuan bahkan jutaan kali pun, orang-orang tetap tidak akan puas dengan jawaban yang dilontarkan Indra dan Jessica. Dasar makhluk ekonomi.
“ Baik, sebenarnya ada hubungan apa di antara kalian berdua?”
“ Berpacaran?”
“ Atau hanya sekedar teman duet?”
“Mengapa kalian terlihat begitu dekat dan mesra?
“Lalu……”
“Dan……”
“blabla……”
Febby pun sudah tak tahan lagi mendengar pertanyan itu dan hendak mengambil remote untuk mematikan TV, tapi kegiatan itu terhenti.Ketika.....
“Oke,,,kedekatan Kami mungkin bukan saja di depan panggung, mungkin juga dibelakang panggung. Yaaa, mungkin TTM kali ya,,, doakan saja lah ya,, terima ka…” kata- kata Indra terhenti ketika Jessica tiba-tiba mencium pipinya lembut. Kejadian itu sontak membuat Indra dan para wartawan lainnya terkejut dan tidak melewatkan kesempatan itu untuk diabadikan dengan jepretan mereka.
Febby yang sudah muak melihat kejadian tersebut pun langsung mematikan TV dengan kasar. Lalu, melempar remote yang sudah dipegangnya sejak tadi kearah TV, dan menimbulkan suara yang keras. Tangisannya pun pecah. Ia tidak peduli lagi mau orang tua atau kakaknya mendengar suara itu. Karena ini sudah larut malam. Mungkin yng lain sudah tidur. Febby pun langsung mengambil ponselnya dan membuka flap ponselnya. Lalu mengetik sesuatu disana.
To : Indra
Message : “Hei,, apa salahnya sih mengakui Aku sebagai pacarmu? Apa Aku tidak pantas? Atau karna Kamu malu mengakui Aku yang hanya wanita biasa? Apa Kamu tau Aku disini menunggu Kamu? Lebih tepatnya menunggu pengakuanmu. Pengakuan bahwa Aku pacarmu, bahwa Aku adalah wanita yang Kau cintai. Bukan pengakuan bahwa Kau menyayangi orang lain. Dan juga bukan ciuman dari wanita lain yang Kamu perlihatkan ke khalayak ramai. Sakit, Ndra, sakit banget rasanya. Entahlah, mungkin hubungan Kita sudah cukup sampai disini, Gue mohon loe jangan pernah jumpain dan temui gue lagi. Selamat tinggal Indra ;’(”
Kira-kira begitulah isi pesannya. Setelah Ia mengirim pesan itu. Febby berusaha menghapus air mata yang sedah sejak tadi mengalir dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menepuk dadanya agar Ia lebih leluasa untuk bernafas lagi. Tapi, tetap saja dua tangan tidak cukup untuk mengobati lukanya. Luka yang sudah sangat dalam dan menorehkan perih yang luar biasa sakit, membuat hatinya kini terasa seperti butiran debu yang rapuh, yang sudah terbang diterpa angin entah kemana. Sungguh, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata saat ini.
“GUE CINTA DAN SAYANG SAMA LOE, NDRA!! TAPI APA YANG LOE KASIH KE GUE, HAH?? GUE NGGAK NYANGKA LOE BAKAL NGELAKUIN HAL KAYAK GITU KE GUE. SUDAH HABIS KESABARAN GUE DAN MULAI SEKARANG IZININ GUE BUAT NGELUPAIN LOE.”, gumam Febby. Lalu Ia kembali mengambil ponselnya dan menghapus semua yang berhubungan dengan INDRA. Baik foto, sms, video, dan lain sebagainya. Setelah itu Dia membuang kartu SIM-nya jauh-jauh. Sungguh saat ini Dia ingin melupakan cowok brengsek itu. Febby pun bersenandung kecil.
Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa untuk selamanya
Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa sepanjang usia
Hingga tiba saatnya,
Aku pun melihat cintaku yang khianat
Cintaku berkhianat
Aku terjatuh ,Dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu ‘butiran debu’
(RUMOR – Butiran Debu)
Lalu dibenamkan kepalanya diatas bantalnya. Tak kuasa menahan tangis yang sudah sejak tadi terus mengalir. Dan tak lama kemudian Dia mulai terlelap, dan terbang kealam mimpi. Memohon supaya Ia cepat melupakan pria itu. Meskipun itu sulit.
Di Tempat Press Coference Indra & Jessica
Setelah kejadian Jessica mencium pipi Indra, Indra langsung menarik kasar tangan Jessica ke belakang panggung. Kejadian itu pasti membuat keadaan di ruangan itu semakin riuh.
Di Belakang Panggung Press Conference
Terjadi pertengkaran hebat antara Indra & Jessica.
“APA-APA’AN SIH LOE JESS?? SEENAKNYA NYIUM GUE TADI?? MAKSUD LOE APA??HAH??”, bentak Indra
“Apa’an sih loe Ndra? Norak deh!! Itu kan juga demi karir Kita…!!”, jawab Jessica santai.
“Karir nenek moyang loe?? Loe tau kan kalo Gue ntu punya pacar, kenapa Loe tega ngelakuin itu?? Nanti kalau Dia nonton?? Gimana?? HAH??”,
“Salah sendiri nggak mau ngakuin Dia di depan publik. Lagian Gu…gue suka sama Loe, Ndra!!”
“APA?? LOE GILA YA?? INGAT YA MULAI SEKARANG JANGAN PERNAH JUMPAIN GUE LAGI, GUE MUAK LIAT MUKA LOE”, ucap Indra lalu berlalu pergi meninggalkan Jessica yang tengah merutuki perbuatannya sendiri.
Di Mobil Indra
Indra sengaja tidak pulang bersama managernya, karena sedang butuh waktu sendiri. Saat itu tempatnya sudah sepi, karena para wartawan sudah pada pulang. Sebelum masuk ke mobilnya, Indra mengambil ponselnya dan hendak menelpon Febby. Tapi, ternyata ada sebuah pesan masuk, yang ternyata dari Febby.
Setelah membaca pesan itu, Indra sangat kaget, sedih, kecewa, kesal, semua bercampur di dalam otak dan hatinya. Indra memainkan jarinya di atas keypad, lalu mendekatkan ponsel itu ke telinga. Beberapa detik kemudian Ia menjauhkan ponselnya dengan wajah kesal, lalu mencoba menghubungi Febby sekali lagi. Masih tidak ada jawaban. Indra mencoba mengirim pesan, tapi gagal. Indra pun segera masuk ke dalam mobilnya dan menutup pintu mobilnya kasar. Lalu langsung membawa mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.
“HAH !!”, teriak Indra dalam mobil sambil memukul stir mobil lumayan keras. ”Febby maafkan Aku, bukan maksud Aku untuk menyakiti hatimu, bukan maksud Aku untuk tidak mengakuimu, bukan juga karena Kamu wanita biasa atau apapun yang ada difikiranmu, Kamu bahkan sangat berharga bagiku, Aku sangat mencintaimu, meyayangimu, bahkan lebih dari diriku sendiri, Aku hanya takut Kamu disakiti oleh para wartawan dan juga para fansku, cukup biarkan Aku saja yang mengalaminya, Maafkan Aku Febby……!!!!”, ucap Indra sambil terisak. Ia tak sanggup jika harus kehilangan pujaan hatinya itu. Akhirnya, Ia putuskan untuk menemui pujaan hatinya itu esok hari, karena jika sekarang Ia yakin bahwa Febby sudah terlelap.
Keesokan Harinya, Di Rumah Febby
Pada Minggu pagi yang masih pagi sekali, Febby mengikat rambutnya dengan asal sambil bercermin di depan kaca. Ia memerhatikan lekuk-lekuk wajahnya sendiri sambil tersenyum getir. Lalu mengambil sebuah kotak kardus yang isinya adalah semua kenangannya bersama Indra. Kenangan indahnya bersama Indra. Setelah itu, Ia berjalan keluar menuju depan rumahnya.
Disaat Febby akan membuang Kardus itu ke tempat sampah. Ia sempat terhenti karena ini terlalu sulit. Febby menggigit bibirnya, menelan semua rasa kecewa dan sakitnya. Sambil memejamkan matanya,. Berharap saat mata itu terbuka lagi, sosok Indra sudah ada di hadapannya. Tapi, itu sungguh tidak mungkin. Disaat matanya masih terpejam, Ia bersiap membuang kardus itu yang berisi kenangannya bersama Indra, Ia tak sanggup melihatnya. Tapi, tiba-tiba saja ada tangan seseorang yang menghentikannya. Tangan seseorang yang sepertinya sangat Ia rindukan.
Saat Febby membuka matanya. Dan Ia kaget bukan main, ketika Ia melihat orang yang memegang tangannya itu adalah Indra. Nadinya berdenyut sangat cepat, mengetahui ada Indra saat ini, didekatnya. Indra tersenyum, atau mungkin berusaha tersenyum. Walaupun mungkin bibirnya hanya membentuk garis lurus yang tak berarti. Indra berjalan menghampiri Febby.
“Mau apa Kamu?”, Tanya Febby tak berani menatap Indra
“Sorry……”
“Buat apa?”, Tanya Febby sinis
“Buat kesalahan Aku…maafkan Aku enggak pernah ngabisin waktu bersama Kamu, maafkan Aku, soal semua kejadian di press conference kemarin. Maafkan Aku Feb, tidak mengakui Kamu di depan orang-orang. Maafin Aku Feb,,,,” Indra meraih jemari Febby, tapi Febby menepisnya
“Aku manusia, Ndra. Bukan pajangan. Ini soal perasaan Aku, Ndra. Sakit, sakit Ndra, kamu tega Ndra ngelakuin itu ke Aku. Kamu tega, Ndra ”
Indra menarik tangan Febby dan membenamkan tubuh Febby pada pelukannya. Ia tak tahu harus berkata apa, yang Ia tahu, Febby akan lebih nyaman menangis dalam pelukannya. Meluapkan semua amarahnya. Membiarkan setiap desah nafas Indra mendengar semua ceritanya.
“ Aku tau ini semua salah Aku, tolong maafin Aku…” bisik Indra
“Aku janji akan mengakui Kamu di depan orang-orang, bahwa Kamu dan hanya Kamu kekasih hatiku untuk selamanya, secepat mungkin.” bisik Indra sekali lagi
“Kamu mau kan maafin Aku dan balikan lagi sama Aku?? Saranghae !!”, Tanya Indra sambil melepaskan pelukannya. Dan tersenyum, maniss sekali.
Febby menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum manis kearah Indra, “Makasih, Ndra!! Nado Saranghae!!”, lalu mereka kembali berpelukan erat, meluapkan segala rasa rindu mereka yang sudah sangat lama tidak mereka rasakan.
~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~ THE END :::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~:::~
Create by : Rahmita Zulha
0 komentar: