Hampir semua pengguna internet saat
ini pasti mengenal Google. Ya, kehadiran mesin pencari (search engine)
itu memang membuat proses pencarian informasi menjadi lebih mudah.
Berterimakasihlah kepada Marissa Ann Mayer, Vice President untuk Search
Product and User Experience di Google.
Berkat visinya, saat ini
Anda dapat menikmati berbagai inovasi perusahaan mesin pencari tersebut.
Mayer bertindak sebagai ”penjaga pintu” untuk proses rilis produk, yang
menentukan kapan atau apakah produk Google tertentu siap untuk
diluncurkan kepada pengguna.
Menjelajahi Google sama seperti
menjelajahi benak Mayer. Sebagai Vice President, dia turut andil
menjadikan perusahaan tersebut sebagai mesin pencari nomor satu di
dunia, dengan pendapatan nyaris sebesar US$22 miliar tahun lalu.
“Aku
selalu menyukai kesederhanaan. Sulit untuk mengatakan di mana estetika
saya berakhir dan Google dimulai,” ujarnya suatu ketika.
Di luar stereotip
Mayer bergabung dengan Google pada 1999. Dia menjadi insinyur perempuan
pertama di perusahaan itu dan merupakan salah satu dari 20 karyawan
pertama yang direkrut Google. Sebelum bergabung dengan Google, perempuan
kelahiran 30 Mei 1975 ini pernah bekerja di laboratorium riset UBS
(Ubilab) di Zurich, Swiss, dan di SRI International di Menlo Park,
California.
Di Google, Mayer memimpin sebuah tim yang bertanggung
jawab atas user interface dan web server. Tugasnya antara lain merancang
dan mengembangkan search interface Google, menginternasionalisasikan
situs tersebut ke dalam lebih dari 100 bahasa di dunia, mendefinisikan
Google News, Gmail dan Orkut, serta meluncurkan lebih dari 100 fitur dan
produk di Google.com. Sejumlah hak paten telah didaftarkan atas
inovasinya di bidang kecerdasan buatan dan desain interface.
Hampir
tidak ada produk Google yang keluar tanpa persetujuan Mayer, termasuk
inovasi seperti Gmail dan Google Earth. Bahkan, CEO Google Eric Schmidt
juga mengakui betapa besar peran Mayer dalam membangun kerjaan Google.
”Sangat sulit untuk melebih-lebihkan pengaruhnya. Dia membangun tim yang mendesain produk yang kita gunakan.”
Tapi
jangan membayangkan Mayer sebagai perempuan berkacamata tebal yang
duduk di depan komputer sepanjang malam. Sebab, dia berada jauh di luar
stereotip itu. Lemari pakaiannya saja penuh dengan setelan pakaian
rancangan Oscar de la Renta dan Armani.
“Ketika orang berpikir
tentang ilmu komputer, mereka membayangkan orang-orang dengan kantong
pelindung dan kacamata tebal yang melakukan coding sepanjang malam. Aku
juga meng-coding sepanjang malam! Aku adalah stereotip, tapi aku juga
melanggar stereotip,” leluconnya.
Mayer menerima gelar sarjana
dalam Sistem Simbolik (cum laude), serta gelar master dalam Ilmu
Komputer dari Stanford University. Untuk kedua gelar tersebut, dia
mengkhususkan diri di bidang kecerdasan buatan (artificial
intelligence). Pada 2009, Illinois Institute of Technology menganugerahi
Mayer gelar doktor honoris causa sebagai penghormatan atas usahanya
dalam merintis bidang pencarian.
Di samping pekerjaan penuh waktu
di Google, Mayer pernah memberi kuliah di kelas pengantar pemrograman
komputer di Stanford kepada lebih dari 3.000 siswa. Standford
memberikannya penghargaan Centennial Teaching Award dan Forsythe Award
atas kontribusinya yang luar biasa kepada pendidikan sarjana.
Di
sela-sela waktu luangnya, Mayer juga mengorganisir Google Movies–acara
kumpul-kumpul yang dilakukan beberapa kali setahun untuk menyaksikan
film terbaru–untuk 6000 orang karyawan ditambah keluarga dan teman.
Kisah
kesuksesannya telah dipublikasikan di berbagai media massa seperti
Newsweek (”10 Tech Leaders if the Future”), Red Herring (”15 Women to
Watch”), Business 2.0 (”Silicon Vallet Dream Team”), BusinessWeek,
Fortune, dan Fast Company.
#Ireka Salsabila

0 komentar: