Memanfaatkan internet dan teknologi digital untuk Riset
Memanfaatkan internet dan teknologi digital untuk Riset
1.
Backup data, offline maupun online. Jangan lupa selalu memback-up data kita, baik secara offline melalui HDD
eksternal, CD/DVD-ROM, maupun online lewat Cloud. Ingat data tidak ada
garansinya, hanya barang elektronik yang digaransi!! Flash Disk sangat
tidak disarankan sebagai media backup data secara permanen karena cholongable (alias
mudah di-colong), ketlingsutable (mudah ketlingsut), dan
perlindungan fisik yang terbatas. HDD eksternal jauh lebih baik, terutama yang
memang dikhususkan untuk backup karena casingnya lebih aman.
Online backup bisa memanfaatkan Google Drive, DropBox
(https://www.dropbox.com/), Box.com (https://www.box.com/), dll, yang selalu
punya paket gratisan untuk space sebesar 2-5 GB. Dengan online backup kita bisa
mengerjakan tugas praktis di mana saja, apalagi jika menggunakan tablet.
Ada pepatah: "Don't put all your eggs in one basket." Jadi
usahakan punya lebih dari satu copy data di beberapa media, mis. HDD dan
online. Jika salah satu media penyimpan mengalami kerusakan kita masih punya
yang lain. Untuk pekerjaan yang sedang kita kerjakan, bisa memakai flash disk
sebagai tambahan media backup.Manfaatkan juga software backup untuk otomasi dan
sinkronisasi data backup. Saya biasa menggunakan SyncBack yang bisa diunduh
di http://filehippo.com/.
2.
Scanner dan kamera digital. Jika punya atau di kampus Anda tersedia, manfaatkan scanner semaksimal
mungkin. Dengan scanner kita bisa menscan bahan-bahan penelitian tanpa harus
menghasilkan berton-ton kertas fotokopi. Bukan saja itu semua akan memakan
banyak tempat, apalagi jika harus dipindah-pindahkan, dengan tidak menghasilkan
copyan kita ikut menyelamatkan hutan kita. Kamera digital sangat membantu untuk
mendokumentasikan data-data lapangan, juga bisa menjadi pengganti scanner
meskipun sedikit lebih repot.
3.
PDF-kan dan OCR-kan semua data kita. Hasil scanning dan foto kita di atas, jika berbentuk dokumen dan teks
sangat disarankan untuk dijadikan format PDF dari Adobe, dan jika mungkin di
OCR-kan. PDF adalah format standar yang memungkinkan isi data di pindah-pindah
dari satu platform ke platform lainnya, tanpa merubah isinya; misalnya dari Web
ke Windows ke Linux atau ke MacOS.
Untuk membuat PDF dibutuhkan software PDF maker dari Adobe Acrobat, FoxIt
dll. Bisa juga membuat PDF dari fasilitas online, misalnya seperti yang
disediakan di http://www.freepdfconvert.com/.
OCR (Optical Character Recognition) adalah fasilitas dari aplikasi seperti
Adobe Acrobat dan software scanner, yang fungsinya untuk merubah image text
menjadi sepenuhnya teks. Dengan diubahnya image menjadi teks maka isi teks bisa
di-search sehingga memudahkan bagi kita menemukan kata-kata tertentu di
dalamnya.
4.
Google Desktop. Ngomong-ngomong soal search, kita semua mungkin sudah sangat biasa mencari
informasi dengan memanfaatkan Google. Tersedia juga mesin pencari untuk isi
harddisk kita sendiri yang disediakan Google, namanya Google Desktop (bisa di
download dari http://filehippo.com atau http://download.cnet.com).
Meskipun semua OS menyediakan fasilitas pencarian isi harddisk sendiri, tapi
sejauh pengetahuan saya, belum bisa menandingi Google Desktop dari segi
kecepatan maupun kedalaman. Google Desktop sendiri punya beberapa fasilitas,
tapi yang saya pakai hanya mesin pencariannya saja. Ini sangat membantu
terutama dalam menghadapi jumlah file pekerjaan yang sudah menumpuk selama
bertahun-tahun dan disimpan tanpa struktur. Cara install dan kerjanya bisa
dicek di http://www.youtube.com/watch?v=JfkspoGDkPg
5.
ILL. Jika punya akun universitas di negara maju, manfaatkanlah fasilitas Inter-Library
Loan (ILL) habis-habisan!! Fasilitas semacam ini sejauh yang saya tahu
belum ada di Indonesia. Selama ini umumnya orang mengetahui fasilitas ILL
semata-mata hanya untuk meminjam buku dari universitas lain. Sebenarnya melalui
ILL juga bisa dimintai versi elektroniknya melalui bantuan men-scan halaman
tertentu dari buku tertentu yang kita butuhkan. Kedua manfaat ini gratis! Lebih
penting lagi, dengan versi elektronik ini (dalam format PDF atau JPG
untuk image) sumber yang kita butuhkan tidak perlu menunggu terlalu
lama, seperti seandainya jika kita meminjam versi bukunya. Untuk versi bukunya
perlu waktu tunggu bisa sampai seminggu lebih. Keuntungan lain dengan versi
elektronik ini adalah kita tetap bisa memanfaatkan ILL sekalipun kita berada di
Indonesia karena mereka akan mengirimkan versi PDF atau JPG dari bahan yang
kita minta. Kekurangannya tentu saja kita tidak bisa meminta bahan tersebut
satu buku penuh. Yang diperkenankan di-scan hanya sejumlah halaman tertentu
saja.
6.
World Catalogue. Dalam kaitan dengan ILL di atas, jika saya tidak dapat menemukan buku
atau sumber yang dimaksud dalam katalog universitas, saya mencarinya di
World Catalogue (http://worldcat.org). Sayangnya WorldCat hanya
menyediakan informasi di universitas-universitas Barat. Setiap sumber yang
terdapat dalam database tersebut mempunyai kode Online Computer Library
Center (OCLC). Kode ini unik dan dapat kita cantumkan ke dalam
permohonan ILL di atas sehingga pustakawan yang dimintai bantuan akan lebih
cepat melokalisir perpustakaan yang menyimpan sumber yang dimaksud. Sering juga
saya mendapatkan link melalui WorldCat ini pada sumber onlinenya.
7.
E-book dan Kindle. Saat ini saya kira e-book sudah menjadi sumber yang biasa dalam riset kita.
Di sini saya hanya menambahkan sedikit soal pemanfaatannya untuk riset
kita. Sumber-sumber e-book sendiri bisa dicari dibanyak situs di internet.
Yang penting sebenarnya adalah memastikan bahwa e-book yang kita miliki
sudah di-OCR-kan (lihat point no. 3 di atas). Sebab jika belum maka e-book
tersebut tak lebih versi digital dari buku fisiknya. Dengan OCR maka informasi
di dalam e-book bisa di-search, di-share, dll. Dalam banyak kasus yang saya
alami, saya tidak perlu membaca keseluruhan isi buku yang tentu akan sangat
menyita waktu. Jadi membaca yang relevan dan sesuai kebutuhan akan sangat
terbantu kalau teksnya bisa di-search.
Format e-book banyak yang berupa PDF dari Adobe Acrobat, tapi banyak pula
yang berformat TXT, EPUB, MOBI, CHM, dll. Format-format tersebut mewakili
pertarungan standar e-book. Ada beberapa format yang hanya bisa dibaca melalui
software tertentu. PDF, EPUB dan MOBI misalnya bisa dibaca di Amazon Kindle,
B&N Nook atau iBook-nya iPad. Saya memakai Kindle untuk membaca buku-buku
keluaran Amazon. Kindle saya baca di tablet dan melalui Kindle for
Windows (bisa di download dari http://www.amazon.com/gp/feature.html/ref=kcp_pc_mkt_lnd?docId=1000426311).
Dengan demikian membaca e-book Amazon tidak harus memiliki perangkat Amazon
Kindle. Salah satu keuntungan e-book di Kindle, Nook dan iBook adalah
memungkinkan sharing frasa yang kita highlight, membuat catatan dalam kaitan
dengan frasa yang kita highlight, dan mencari di kamus kata-kata yang
di-highlight tersebut.
Yang perlu diperhatikan dari e-book sejenis ini adalah cara pengutipannya,
sebab e-book ini tidak selalu merepresentasikan buku fisiknya, terutama dalam hal
pembagian halamannya. Memang ada e-book yang sama dengan versi fisiknya, tapi
umumnya mereka memakai istilah "location" dan bukan "page."
Untuk cara mengutip sumber dari Kindle misalnya bisa lihat
di http://blog.apastyle.org/apastyle/2009/09/how-do-i-cite-a-kindle.html
Meskipun e-book tidak sepenuhnya menggantikan buku fisik, terutama soal
kenyamanannya, mengurangi buku fisik bisa mengurangi konsumsi kertas dan ikut
serta menyelamatkan hutan kita.
8.
Google Book. Sumber elektronik penting lainnya adalah Google Book
(http://books.google.com atau http://books.google.co.id). Hal yang paling
menyolok dari Google Book adalah kita tidak bisa baca seluruh bukunya alias
hanya Preview-nya saja. Ada juga buku-buku yang tidak ada Preview sama sekali
atau hanya Snippet View. Namun ada beberapa hal yang penting untuk diketahui:
Pertama, buku-buku yang tersedia versi Preview maupun Snippet View tetap
bisa di-search isinya, bahkan terhadap halaman yang tidak disajikan bagi
pembaca. Jadi sebenarnya hal ini bisa dikombinasikan dengan ILL (lihat poin no.
5). Jika kita bisa mendeteksi bab atau halaman yang kita inginkan melalui
search isi, maka kita bisa minta halaman dan bab yang dimaksud lewat fasilitas
ILL.
Kedua, seringkali demi kepentingan penelitian, kita memang tidak
membutuhkan keseluruhan isi buku tersebut. Beberapa kali saya bisa membaca
bagian yang saya butuhkan tanpa harus membeli bukunya.
Ketiga, kita bisa meningkatkan kenyamanannya dengan menginstall Google Book
reader, semisal GooReader. GooReader bisa diunduh
dari http://gooreader.com/. Buku-buku yang dapat dibaca di GooReader
adalah buku yang sudah kita beri tanda Favorite atau yang ada di Library Google
kita. Untuk memasukkan suatu buku ke Favorite cukup dengan menekan tombol
"Add to My Library" atau "Tambahkan ke perpustakaanku" di
atas preview. Syaratnya kita harus log-in ke Google. Versi berbayarnya
memungkinkan kita merekam Google Books ke versi PDF.
9.
Archive.org, Openlibrary, Project
Gutenberg, dll. Kalau menangani teks klasik bisa coba
masuk ke situs-situs berikut: http://archive.org dan http://openlibrary.org
dari Openlibrary; http://www.gutenberg.org dari Project Gutenberg;
http://www.forgottenbooks.com dari Google; maupun http://wikisource.org dan
Wikimedia. Ada banyak sumber-sumber lain sejenis yang bisa dicoba telusuri.
Intinya, perlakukan internet sebagai sumber daya yang sangat besar dan luas.
10.
Wiki-Wiki dan Google. Manfaatkan juga Wiki-Wiki yang lain untuk riset kita seperti: Wikipedia
(ensiklopedia online), Wiktionary (kamus online), Wikiquote, Wikisource, dll.
Google juga menyediakan banyak hal untuk riset misalnya Google Scholar, Google
Translate, Google Books, dll. Mengutip sumber dari Wikipedia memang bisa jadi
persoalan, menyangkut sumber dan keakuratan informasinya. Namun sejauh pengamatan
saya sumber Wikipedia banyak yang cukup akurat, dan yang terpenting jauh lebih
updated dibanding ensiklopedia lainnya. Sebenarnya untuk kepentingan riset,
Wikipedia bisa dipakai sebagai pembuka jalan dan tautan bagi sumber-sumber
lainnya.
Google Translate juga punya masalah keakuratan terjemahan, namun untuk
membantu kita memahami teks, sudah cukup.
Fitur Wikipedia yang terbaru adalah fasilitas untuk membuatkan mem-binding
sumber-sumber yang kita kumpulkan menjadi satu buku berformat PDF. Caranya bisa
dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=D1K03AZfpDM.
11.
E-sources. Manfaatkan database semacam EBSCO, eLibrary, Gale Cengage Learning,
JSTOR, ProQuest, dll, yang biasanya disediakan oleh universitas tempat kita
bernaung. Terutama untuk jurnal, kurangi sejauh mungkin versi fisiknya, dan
manfaatkan versi elektroniknya.
12.
Evernote. Evernote adalah aplikasi dan layanan yang sangat membantu bagi penelitian
kita. Softwarenya dapat diunduh dari http://evernote.com/. Kita juga bisa
meng-install add-in ke internet browser. Saya biasa memakai Google Chrome yang
memasang Evernote di pojok kanan atasnya. Manfaatkan Evernote untuk: web
clipping, merekam suara, membuat catatan, menyimpan foto, dsb. Akan lebih baik
lagi untuk penelitian di lapangan jika evernotenya di install di tablet atau
smartphone. Cara memanfaatkannya bisa dilihat
di http://www.youtube.com/watch?v=7zfsGqNjjas.
13.
Reference Management Software. RMS misalnya EndNote, Mendeley, Sente dll. Fungsi dari RMS ini adalah
membantu kita membangun database referensi yang kita gunakan,mengelolanya, dan
menggunakannya di word processing kita, mis. MS Word. Dengan RMS maka catatan
kaki dan daftar pustaka akan dengan cepat dibuat secara otomatik dan sesuai
dengan standar yang diinginkan, mis. Turabian, APA Style, dll. Untuk cara
penggunaan EndNote, yang juga saya pakai, bisa lihat video clip berikut
ini: http://www.youtube.com/watch?v=L5Kn8l2rgqk
14.
Jejaring. Manfaatkan jaringan teman-teman kita
yang punya akses pada sumber-sumber yang tidak tersedia di sekolah
sendiri.
15.
Monitor kedua. Jika kita bekerja dengan laptop, kita bisa memanfaatkan monitor kedua
untuk memudahkan pekerjaan kita (lih. gambar). Dengan monitor
kedua kita bisa bekerja simultan, yang bisa meningkatkan kenyamanan. Monitor utama di laptop adalah layar kerja, sedangkan monitor kedua adalah e-book yang menjadi rujukannya. Atau bisa juga dibalik, pekerjaan utama di monitor kedua, karena kita bisa mendapatkan monitor yang ukurannya lebih besar dari layar laptop kita. Semua OS mempunyai setting untuk mengaktifkan monitor kedua. Di Windows 7 atau Vista langsung mendeteksi kehadiran monitor kedua, sehingga kita tinggal memilih opsi "Extended Desktop." Jika memakai Windows XP bisa masuk ke setting Display Properties dengan cara klik kanan di desktop kosong lalu memilih Properties. Di dalamnya pilih tab Settings lalu pilih monitor kedua dan tetapkan sebagai "Extend my Windows desktop onto this monitor". Untuk jelasnya prosedur ini bisa dilihat di http://www.intel.co.id/content/www/id/id/tech-tips-and-tricks/how-to-connect-a-monitor-to-a-laptop.html
kedua kita bisa bekerja simultan, yang bisa meningkatkan kenyamanan. Monitor utama di laptop adalah layar kerja, sedangkan monitor kedua adalah e-book yang menjadi rujukannya. Atau bisa juga dibalik, pekerjaan utama di monitor kedua, karena kita bisa mendapatkan monitor yang ukurannya lebih besar dari layar laptop kita. Semua OS mempunyai setting untuk mengaktifkan monitor kedua. Di Windows 7 atau Vista langsung mendeteksi kehadiran monitor kedua, sehingga kita tinggal memilih opsi "Extended Desktop." Jika memakai Windows XP bisa masuk ke setting Display Properties dengan cara klik kanan di desktop kosong lalu memilih Properties. Di dalamnya pilih tab Settings lalu pilih monitor kedua dan tetapkan sebagai "Extend my Windows desktop onto this monitor". Untuk jelasnya prosedur ini bisa dilihat di http://www.intel.co.id/content/www/id/id/tech-tips-and-tricks/how-to-connect-a-monitor-to-a-laptop.html
0 komentar: