Saturday, September 22, 2012

Sep
22

Cerpen 'Pengorbanan Ibu"


PENGORBANAN IBU
Ireka Salsabila

Hidup di keluarga yang sangat miskin, seorang ibu yang bernama Bu Mila yang memiliki 2 orang anak perempuan yang bernama Rana & Rani  itu sekarang  sedang mengandung seorang bayi yang telah berusia 9 bulan yang sebentar lagi hendark lahir ke dunia ini. Suaminya Pak Jaka sangat tidak menyukai anak yang ada dikandungan Bu Mila tersebut, karena menurut Pak Jaka anak itu hanya akan membuat susah mereka. Oleh karena itu, segala macam upaya akan dilakukan oleh Pak Jaka untuk menggugurkan bayi yang ada didalam kandungan istrinya itu. Tapi Alhamdulillah, sampai sekarang bayi yang dikandungan Bu Mila masih selamat berkat pertolongan Allah SWT.
“2 anak saja kita sudah kewalahan memberi makan ! Apalagi di tambah anak manja yang akan kau lahirkan sebentar lagi !” bentak Pak Jaka.
“Tapi Pak, bagaimana pun juga dia ini adalah anak kita Pak” kata Buk Mila sambil meneteskan air matanya.
Dengan usia bayi yang sudah 9 bulan tersebut. Pak Jaka makin berantusias untuk menggugurkannya sebelum lahir ke dunia ini. Keantusianya terhadap bayi itu pun membuatnya kehilangan akal pikirannya. Dan dia sekarang hendak memikirkan cara yang akan benar-benar membunuh bayi itu, bahkan istrinya itu pun akan ikut terbunuh. Karena sebelumnya segala cara yang dilakukannya secara perlahan-lahan tidak pernah berhasil.
“Nak, bagaimana pun juga ibu akan selalu melindungimu nak. Ibu tidak akan membiarkan bapakmu itu membunuh kamu. Ibu sayang kamu karena Allah” kata Bu Mila menangis mengingat hal-hal apa yang dilakukan suaminya terhadap bayi yang dikandungnya itu.
Rana & Rani yang masih balita datang menhampiri ibunya yang sedang menangis dan memeluk erat ibunya itu.
“Ibu, kenapa menangis bu..” kata Rana.
“Jangan nangis lagi bu..” kata Rani.
“Kami sayang ibu karena Allah” kata Rana & Rani.
“Ibu juga sangat sayang kalian karena Allah nak” kata Bu Mila sambil memeluk erat kedua anaknya itu dan menangis terharu.
Malam pun tiba, terdengar rintikan hujan dari atap rumah yang hanya dilapisi sebuah genteng saja. Dan lama kelamaan suara itupun membesar seperti hujan batu, dan ternyata hujannya semakin deras. Terlihat dibagian sudut ruangan ada air yang masuk karena gentengnya bocor.
“Bu.. dingin sekali” kata Rana & Rani menggigil.
“Sini nak..” ajak Bu Mila dan memeluk kedua anaknya itu.
“Tok! Tok! Tok!” terdengar suara ketukan dari pintu yang rapuh itu.
“Tidak biasanya ada yang datang ke rumah malam-malam seperti ini dan di keadaan hujan pula. Kalau Bapak pasti akan langsung membuka pintunya” kata Bu Mila dalam hati.
“Nak, sebentar ya, ibu mau buka pintu dulu” kata Bu Mila kepada kedua anaknya itu sambil melepaskan pelukannya  itu.
Lalu Bu Mila bangun pergi membuka pintu. Dan saat dibukakan pintu tersebut tidak ada seorangpun yang ada disana. Hanya ada angin dan hujan yang deras yang terlihat. Dan saat Bu Mila hendak kembali menutup pintu, tiba-tiba Bu Mila terjatuh dan merintih kesakitan. Dan terlihatlah seorang lelaki yang bertopengkan plastik hitam yang menutupi seluruh bagian kepalanya itu. Lalu dia langsung menarik tangan Bu Mila tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, dan Bu Mila pada saat itu dalam keadaan tengkurap. Perutnya kesakitan sekali karena beban perutnya yang sangat besar yang sebentar lagi seharusnya bayi yang didalam kandungannya itu akan lahir, ia diseret paksa didalam kegelapan dan kehujanan dan entah kemana hendak dibawa oleh orang bertopeng itu.
Dan sampailah disebuah bukit yang dibawahnya terdapat sungai setelah lamanya perjalanan, Bu Mila kesakitan sekali karena selama perjalanan ia hanya diseret paksa dan banyak darah yang berlumuran kelihatan dikakinya itu. Bu Mila sangat takut  terjadi apa-apa dengan anak yang dikandungnya itu. Dalam hati ia selalu bertasbih dan berdoa agar anaknya itu selamat walaupun dia harus mengorbankan nyawanya.
“Tolooong ! Toloong !” Bu Mila berteriak meminta tolong, padahal ia tau sudah jelas tidak akan ada yang menolongnya disitu.
Seorang lelaki yang bertopeng itu pun masih belum mengeluarkan suaranya, dan langsung ia mendorong Bu Mila hingga Bu Mila terjatuh ke sungai itu. Bu Mila sudah tidak berdaya lagi saat itu.
“Selamat tinggal istri dan anakku !” teriak  seseorang yang bertopeng itu setelah mendorong Bu Mila.
Bu Mila dalam keadaan akan terjatuh dalam sungai saat itu masih sadar dan terkejut mendengar teriakan lelaki bertopeng itu, dan Bu Mila sadar kalau yang bertopeng itu adalah suaminya yang sangat ingin anaknya itu gugur. Bu Mila sudah tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong dirinya sendiri dan akhirnya ia pun terhanyut terbawa aliran sungai bercampur dengan hujan yang deras itu dan sudah tidak sadarkan diri.
Keesokan harinya didesa tetangga, ditemukanlah oleh seorang wanita yang hendak mencuci seperti biasanya disungai itu seorang wanita yang wajahnya kelihatan sangat pucat dan tampak tidak berdaya dengan seorang bayi yang menangis berada disampingnya. Wanita itu adalah Bu Mila. Diperkirakan wanita tersebut baru saja melahirkan anaknya. Lalu warga-warga desa itu membawa Bu Mila ke puskesmas didesa tersebut.
 Tak lama kemudian, Bu Mila tiba-tiba membuka matanya, ia sudah sadar karena mendengar suara tangisan sang bayi. Para warga desa sangat senang karena Bu Mila sudah siuman, mereka sangat khawatir karena kata oleh perawat dipuskesmas itu Bu Mila sudah banyak kehabisan darah.
“Kamu sudah sadar.. Alhamdulillah” kata salah seorang warga desa itu.
“Dimana saya? Anak saya? Apakah itu suara anak saya?” Tanya Bu Mila cemas.
“iya, itu suara anak kamu. Dia tidak apa-apa” ujar salah seorang warga lainnya.
Lalu dibawakannya lah bayi itu ke tempat Bu Mila. Dan kelihatanlah senyum bahagia diwajah Bu Mila setelah melihat anaknya itu. Dalam degupannya, ia mencium bayi itu.
“Alhamdulillah nak, kamu selamat. Terima kasih ya Allah” kata Bu Mila sambil meneteskan air matanya.
“Bu, nama apa yang hendak ibu berikan kepada adik bayi itu bu?” Tanya seorang anak kecil.
“hmm, namanya Taqwani. Ya, Taqwani. Ibu ingin dia nanti menjadi gadis yang Taqwa terhadap Allah dan patuh kepada Ibu Bapaknya” jawab Bu Mila tersenyum kepada anak itu.
            Tidak lama setelah memberikan nama kepada anaknya itu. Bu Mila merasa pusing sekali dan ia kelihatan sangat pucat. Lalu Bu Mila pun menghembuskan nafas terakhirnya sambil memeluk bayinya itu. Sekarang bayinya itu sebatang kara, tidak diketahui bapaknya dan ibunya sudah tiada. Yang tertinggal hanyalah sebuah nama yang diberikan dan nyawa hasil pengorbanan ibunya itu. Lalu salah seorang warga desa itu yang tidak memiliki anak memutuskan untuk mengasuh bayi tersebut dengan nama Taqwani. Ia tidak akan mengganti nama bayi yang diberikan oleh ibu kandung bayi tersebut. Dan hiduplah Taqwani bersama dengan keluarga angkatnya itu dan ia tumbuh menjadi seorang gadis yang diharapkan oleh Bu Mila. Dia selalu bersyukur kepada Allah atas nyawa yang diberikan-Nya dan selalu berdoa untuk Bu Mila ibu kandungnya yang sudah mengorbankan nyawa demi dirinya.

 #Ireka Salsabila

0 komentar: