Sunday, October 07, 2012

Indonesia ‘Negeri Sejuta Gamer’

 

Indonesia, terutama di perkotaan, padat oleh mereka yang doyan main game. Bahkan Indonesia boleh disebut sebagai ‘Negeri Sejuta Gamer’.
Tanpa mengutip data survei pun sebenarnya kalimat itu bisa diakui sebagai sesuatu yang setidaknya mendekati kenyataan.

Tidak percaya? Coba tanya kanan-kiri, berapa banyak teman yang pernah secara rutin mendatangi rental PlayStation atau konsol sejenisnya saat kuliah?

Terutama bagi mereka yang berkuliah jauh dari kota asalnya, sehingga harus ‘ngekos’, game jadi tempat pelarian populer saat situasi di kampus sedang suntuk dan mungkin upaya-upaya romansa juga sedang galau.
Lihat juga berapa banyak teman yang, terutama di masa-masa jayanya, senang bermain game lewat Facebook. Generasi awal pengguna Facebook paling tidak pernah mencoba game bertema Vampire yang ‘saling menggigit’ antar teman.

Lebih seru lagi kalau memperhatikan mereka yang memakai smartphone. Mulai dari iPhone sampai Android, kategori aplikasi yang banyak diincar adalah game.

Melihat fakta ala kadarnya seperti itu, justru istilah ‘negeri sejuta gamer’ bukan saja cocok bagi Indonesia, malah angka sejuta itu terlihat terlalu kecil.

Ada jutaan gamer di Indonesia, mulai dari yang sesekali hingga yang rutin. Mulai dari yang main game sekadar untuk mengganti waktu bengong hingga yang menjadikan itu hobi berbuah uang.
Nah, kalau soal bermain bangsa ini tak perlu diragukan lagi, bagaimana dengan membuat game? Mampukah negeri sejuta gamer ini juga melahirkan jutaan game lokal?

Berapa Juta Game Lokal?
Soal kemampuan teknis, mulai dari menyusun program hingga membuat artwork, seharusnya Indonesia tidak kekurangan sumber daya manusia. Upaya membuat game lokal pun bukan main-main lagi. Banyak pihak telah melakukannya di Indonesia, mulai dari yang sekadar iseng hingga yang mengeluarkan dana miliaran rupiah.

Game karya anak bangsa tersebar di berbagai sudut. Mulai dari game flash yang bisa dimainkan lewat browser web, hingga game untuk perangkat mobile seperti iPhone, iPad atau yang lainnya.
Sedangkan untuk game ‘kelas berat’, memang agaknya baru sedikit yang terdengar. Game yang dimaksud di sini adalah game untuk PC maupun konsol sekelas yang dikeluarkan Electronic Arts, Ubisoft atau yang lainnya.

Meskipun sudah ada banyak — entah sudah sampai di angka jutaan atau belum — game buatan Indonesia, harus diakui bahwa belum ada yang boleh dibilang sepopuler game seperti Angry Birds dkk.
Mencari ujung dan pangkal masalah itu bisa jadi seperti mencoba menjawab apakah Ayam atau Telur yang muncul duluan: panjang dan tak memuaskan.

Menggali Kekayaan Lokal
Nah, daripada pusing memikirkan kenapa, mari melihat beberapa sumber inspirasi untuk game yang ada di Indonesia.

1. Sejarah
Sejarah Indonesia yang panjang tentu bisa jadi inspirasi tema permainan yang tak ada habisnya. Mulai dari Jaman Kolonial (Portugis, Belanda, Jepang dll) hingga masa-masa awal pasca kemerdekaan.
Perang gerilya yang dilancarkan Jenderal Soedirman adalah salah satu contoh tema yang bisa digarap dan dilahirkan dalam berbagai bentuk game. Mulai dari yang sederhana ala tower defense hingga yang besar-besaran seperti Call of Duty.
Membuat game berdasarkan sejarah pun tak harus mematuhi semua fakta sejarah. Cukup mengambil saripatinya yang bisa jadi permainan, lalu lahirkan dalam game yang seru dan menyenangkan.

2. Sejarah Alternatif
Kisah dari sejarah kemudian bisa dipelintir untuk mendapatkan tema-tema yang tentunya bisa sangat menarik. Misalnya, bagaimana jika saat dibawa ke Rengasdengklok, Sukarno – Hatta mengalami kecelakaan fatal dan akhirnya tak bisa mendeklarasikan kemerdekaan?
Seperti apakah Indonesia ‘alternatif’ itu? Apa yang berbeda. Nah, bagaimana kalau dimasukkan dalam game? Pasti seru kan?

3. Sastra, Legenda dan Dongeng
Indonesia tak kekurangan karya sastra dan fiksi yang dahsyat. Bukankah itu bisa jadi inspirasi kisah yang melatari sebuah permainan?

Lihat saja Polandia yang sukses mengangkat novel The Witcher menjadi sebuah seri game yang sukses dan membawa rasa bangga pada rakyat dan pemerintahnya.
Belum lagi kalau bicara soal dongeng dan legenda yang jumlahnya entah berapa banyaknya di seluruh pelosok negeri ini.

Mengangkat kekayaan dan keragaman lokal dalam game bukan berarti game itu nantinya hanya bisa dimengerti oleh orang Indonesia saja. Bukankah banyak game yang saat ini mengangkat budaya ‘asing’ tetap bisa dinikmati oleh siapapun di seluruh dunia? Mulai dari game bertema kekaisaran romawi hingga yang berkisah soal penjahat di jalanan New York.

Tantangannya tetap ada pada bagaimana bisa membuat sebuah produk yang akan memuaskan pengguna/pemainnya. Dan untuk bisa melakukan itu, faktor pemain harus dipikirkan sejak awal game dibuat, bukan sekadar ditempelkan di akhir.

(Wicak Hidayat – detikinet)

#Ireka Salsabila

0 komentar: