Sebuah Cita dan Cinta Sederhana
Pada
hari minggu saya dan keluarga berlibur ke rumah nenekku di desa. Kami berangkat
pukul 9.00 pagi. Kami berangkat dengan menggunakan mobil pamanku. Mamaku telah
mempersiapkan semuanya dari pakaian sampai bekal untuk diperjalanan. Di jalan
kami sangat senang, kami melihat pemandangan yang sangat indah. Ada hutan
pinus, ada petani yang sedang menggarap sawahnya, dan ada satu pemandangan yang
sangat menyentuh hati.
Ada anak kecil yang sedang mencari kayu bakar di pinggir hutan dengan menggunakan sepeda kecilnya. Dengan semangatnya dia mengumpulkan ranting -ranting kayu yang telah jatuh dari pohonya. Seperti tidak pernah merasa terbebani dengan pekerjaanya itu.
Tepat di sebelah sepedanya tiba- tiba mobil kami macet, maka kami semua turun dari mobil. Kami mencari tempat yang nyaman untuk bersinggah sementara papahku memperbaiki mobilnya. Aku menghampiri anak yang sedang mencari ranting-ranting kayu itu. Betapa terjejutnya aku saat ku menyapanya tak terdengar satu patah katapun dari mulutnya. Dia hanya tersenyum dan menunjuk ke arah sepedanya sebagai isyarat dia ingin aku mengikutinya kearah sepedanya. Dia menunjuk ke arah pegunungan yang jalanya sepi namun sangat indah. Tiba –tiba dia menarik tanganku dan memaksaku memboncengnya. Tanpa kata lagi ku turuti kemauanya. Ternyata dia ingin mengajaku jalan-jalan melihat pemandangan yang indah di seberang bukit. Menakjubkan!??
Tak lama kemudian aku tersadar bahwa anak yang bersamaku ini tidak bisa berbicara. Dengan bahasa isyaratnya yang sangat sederhana aku bisa menangkap maksudnya. Dia memberiku sebuah singkong goreng yang dia ambil dari tas kecil yang terbuat dari kain. kami makan singkong itu dengan lahap. Betapa tersentuhnya aku melihat anak perempuan kecil yang tidak bisa berbicara dengan rajinya membantu orang tuanya mengumpulkan ranting-ranting kayu. Entah untuk apa ranting-ranting itu karena aku tak berani menanyakanya. Ketika singkong itu sudah habis dia menarik tanganku kembali dan memboncengkanku kembali menuju tempat di mana orang tuaku berkumpul tadi. Sambil menundukkan kepalanya sebagai isyarat penghormatan kepada orang tuaku dia membalikan sepedanya dan mengangkat ranting-ranting itu ke sepedanya . tanpa pikir panjang lagi akupun membantunya. Dan dia pun tersenyum sambil melambaikan tanganya kepadaku dan orang tuaku.
Papa telah selesai memperbaiki mobilnya dan kita meninggalkan tempat itu. Di dalam mobil ku ceritakan apa yang aku lakukan dengan gadis kecil itu dan ternyata orang tuaku telah mengetahui bahwa gadis itu tidak bisa berbicara.
Setelah apa yang aku lihat dan yang aku alami aku mendapatkan hikmah yang luar biasa. Aku jadi lebih bersyukur dengan apa yang aku punya saat ini. Dan membukakan mata hatiku ternyata masih banyak anak- anak di luar sana yang kurang beruntung dan membutuhkan pertolongan. Setelah peristiwa itu aku meminta orang tuaku untuk memberikan bantuan di desa nenekku. Dan sesampainya di rumah nenekku aku mengajak anak-anak kecil untuk makan bersama kami dan memberikan beberapa santunan agar anak-anak itu bisa hidup selayaknya anak-anak.
Ada anak kecil yang sedang mencari kayu bakar di pinggir hutan dengan menggunakan sepeda kecilnya. Dengan semangatnya dia mengumpulkan ranting -ranting kayu yang telah jatuh dari pohonya. Seperti tidak pernah merasa terbebani dengan pekerjaanya itu.
Tepat di sebelah sepedanya tiba- tiba mobil kami macet, maka kami semua turun dari mobil. Kami mencari tempat yang nyaman untuk bersinggah sementara papahku memperbaiki mobilnya. Aku menghampiri anak yang sedang mencari ranting-ranting kayu itu. Betapa terjejutnya aku saat ku menyapanya tak terdengar satu patah katapun dari mulutnya. Dia hanya tersenyum dan menunjuk ke arah sepedanya sebagai isyarat dia ingin aku mengikutinya kearah sepedanya. Dia menunjuk ke arah pegunungan yang jalanya sepi namun sangat indah. Tiba –tiba dia menarik tanganku dan memaksaku memboncengnya. Tanpa kata lagi ku turuti kemauanya. Ternyata dia ingin mengajaku jalan-jalan melihat pemandangan yang indah di seberang bukit. Menakjubkan!??
Tak lama kemudian aku tersadar bahwa anak yang bersamaku ini tidak bisa berbicara. Dengan bahasa isyaratnya yang sangat sederhana aku bisa menangkap maksudnya. Dia memberiku sebuah singkong goreng yang dia ambil dari tas kecil yang terbuat dari kain. kami makan singkong itu dengan lahap. Betapa tersentuhnya aku melihat anak perempuan kecil yang tidak bisa berbicara dengan rajinya membantu orang tuanya mengumpulkan ranting-ranting kayu. Entah untuk apa ranting-ranting itu karena aku tak berani menanyakanya. Ketika singkong itu sudah habis dia menarik tanganku kembali dan memboncengkanku kembali menuju tempat di mana orang tuaku berkumpul tadi. Sambil menundukkan kepalanya sebagai isyarat penghormatan kepada orang tuaku dia membalikan sepedanya dan mengangkat ranting-ranting itu ke sepedanya . tanpa pikir panjang lagi akupun membantunya. Dan dia pun tersenyum sambil melambaikan tanganya kepadaku dan orang tuaku.
Papa telah selesai memperbaiki mobilnya dan kita meninggalkan tempat itu. Di dalam mobil ku ceritakan apa yang aku lakukan dengan gadis kecil itu dan ternyata orang tuaku telah mengetahui bahwa gadis itu tidak bisa berbicara.
Setelah apa yang aku lihat dan yang aku alami aku mendapatkan hikmah yang luar biasa. Aku jadi lebih bersyukur dengan apa yang aku punya saat ini. Dan membukakan mata hatiku ternyata masih banyak anak- anak di luar sana yang kurang beruntung dan membutuhkan pertolongan. Setelah peristiwa itu aku meminta orang tuaku untuk memberikan bantuan di desa nenekku. Dan sesampainya di rumah nenekku aku mengajak anak-anak kecil untuk makan bersama kami dan memberikan beberapa santunan agar anak-anak itu bisa hidup selayaknya anak-anak.
By: Putri Safira
0 komentar: