Doa Ketika Galau
Doa
Ketika Galau
Doa
Ketika Galau
Zaman sekarang pemuda
pemudi pasti tidak asing dengan kata “Galau”, satu kata pendek yang sering
didengung-dengungkan ini mampu menggambarkan suatu keadaan yang menggelisahkan
hati, susah, gundah gulana baik karena masalah jodoh, pekerjaan, keluarga, atau
masalah kehidupan dunia yang lain. Yang paling sering kita pahami dan yang
dimaksudkan, kata “Galau” ini dikaitkan dengan masalah yang pertama kami
sebutkan, yaitu Jodoh. Entah kenapa konotasinya kebanyakan menuju kesana.
Wallahua’lam. Tentu setiap orang akan merasa tidak nyaman jika mengalami
kegalauan, dan setiap orang akan berusaha keluar dari zona ini. Tentunya kita
harus melampiaskan rasa galau ini dengan segala kegiatan positif terlebih lagi
yang membawa pahala, dan jangan sampai kegalauan dilampiaskan dengan
kemaksiatan, naudzubillahi min dzalik. Optimis….itulah kuncinya, karena Nabi
bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“…..dan ketahuilah,
sesungguhnya pertolongan (dari Allah Subhanahu wa Ta’ala) itu bersama
kesabaran, dan jalan keluar (dari kesulitan) selalu bersama kesulitan (itu
sendiri), dan kemudahan selalu menyertai kesusahan”.
Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam yang paham akan ummatnya telah memberikan resep
yang manjur untuk mengobati rasa galau ini. Oleh karena itu alangkah baiknya
kita menyimak, menghafalkan, serta mengamalkan dzikir yang diajarkan oleh Nabi
‘alayhis sholatu was salam ketika hati ini dirundung kegalauan, kegundahan,
atau kesedihan.
Dari ‘Abdulloh ibnu
Mas’ud radliyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang
muslim ditimpa oleh kegalauan atau kesedihan lalu ia mengucapkan:
- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.
- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.
(artinya: “Ya Allah!
Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (Adam) dan anak hamba
perempuan-Mu (Hawa). Ubun-ubunku di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku padaku, qadha’Mu
adalah adil bagiku. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) Mu yang telah
Engkau namai diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau
yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau khususkan
untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, hendaklah kiranya Engkau jadikan
Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya di dadaku, penghilang kesedihanku
serta penghilang kegalauanku”)
Melainkan Allah ta’ala
akan menghilangkan kegalauannya dan kesedihannya kemudian menggantinya dengan
kegembiraan. Salah seorang bertanya: “Wahai Rasululloh, bolehkah kami
mempelajarinya?” Beliau menjawab: “Ya sudah seharusnya orang yang mendengar
do’a tersebut mempelajarinya”. (Al-Musnad, HR Imam Ahmad I/391)
#Sarah Mutia
0 komentar: