Saat Cintamu Hancur Berkeping-Keping
Saat Cintamu
Hancur Berkeping-Keping
Saat Cintamu Hancur
Berkeping-Keping
“Rasanya perih, dadaku
sesak, bingung dan sakit!” seorang remaja berkomentar soal dirinya yang sedang
diputus cinta. Rasanya berkecamuk tidak menentu. Kepalanya sering pusing,
badannya jadi demam. Kalut, gelisah dan tetap saja tidak mengenakkan. Masa depan
sudah gelap, gulita, tanpa penerang dan hilang semua cita cita.
Sedahsyat itukah?
Sakit hati karena putus cinta, diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
di antaranya adalah 1) kedekatan sebuah hubungan; 2) lamanya sebuah hubungan:
hasil penelitian menunjukkan tingkat stress lebih rendah dimiliki oleh individu
yang baru beberapa minggu menjalin hubungan; dan 3) ‘kemudahan’ ketika mencari
pasangan pengganti.
Yuk
kita bahas satu satu. Kedekatan sebuah hubungan. Semakin dekat kamu dengan
seseorang maka semakin sakit pula saat kamu putus dengan dia. Mungkin selama
ini kamu sudah sangat dekat dengan dia. Apa-apa laporan, sudah makan, sudah
minum, sudah ini sudah itu, semuanya dilaporkan. Sampai sampai heran juga itu
pacar apa satpam kos-kosan. Pokoknya posisi kamu sama dia sudah dekat banget
kayak lem sama kertas. Posisi kayak gini nih yang bahaya. Selain dilarang
Islam, resiko sakitnya pas putus lebih “berdarah-darah” deh. Bisa-bisa mata
kamu bengkak karena nangis melulu. Maka saran saya nih, mending tidak perlu
pacaran, sebab endingnya bakalan nyusahin diri sendiri. Jaga diri dan tetep
jomblo sampai halal.Kedua soal lamanya sebuah hubungan. Semakin kamu lama kenal
dia, maka semakin sakit pula saat perpisahan itu tiba. Sudah terlalu banyak
memori yang harus dikenang. Kebersamaan yang ada selama ini, harus hilang
ditelan bumi. Keindahan yang tercipta berdua harus kandas di tengah jalan.
Waktu yang membersamai berdua harus berhenti, dan menyisakan luka nan dalam.
Luka itu menganga tajam, setajam silet. Sreeett! Jadi bakalan bikin nangis
melulu menguras air mata berhari hari, karena tidak mau kehilangan dia. Ujung
ujungnya bisa galau tingkat lanjut, yang membahayakan diri dan keluarga kamu.
Ketiga,kemudahan
mencari pasangan pengganti. Kalau sudah kenal cinta, dan menganggap bahwa
mencintai itu berarti memacari, pasti jadinya kayak gini. Setelah selesai
dengan satu cowok, maka akan segera mencari pengganti cowok tersebut. Padahal,
remaja harusnya fokus saja ngejar cita cita. Perasaan yang sementara muncul
anggap saja sebagai sebuah hiburan sesaat yang tidak perlu ditindaklanjuti.
Simpan saja sampai Allah menghalalkan kamu dan dia bersama. Tidak usah pacaran.
Kalau sekarang jalilan cinta itu putus, anggap saja itu sebagai pelajaran
berarti. Hikmahnya kamu harus tetap fokus belajar. Jangan tengak tengok kiri
dan kanan.
Jadi sekarang semuanya
serba jelas kan, bahwa cinta yang putus itu berbahaya. Bisa membuat linglung
dan sempoyongan. Maka Cuma satu cinta yang tidak akan mengecewakan, mencintai
Allah dan orang orang yang dicintainya. Itu kagak bakalan bikin sakit hati dan
jengkel. Hidup jadi lebih mantab, bermakna dan hebat!
#Sarah Mutia
0 komentar: