Valentine: Virus Barat Perusak Iman
Valentine:
Virus Barat Perusak Iman
JAKARTA – Hari valentine, seakan menjadi hari wajib yang harus
dirayakan untuk mengekspresikan kasih sayang. Tak hanya untuk muda-mudi
yang terikat dalam ikatan haram (pacaran), hari ini juga dirayakan oleh
siapapun untuk mengungkapkan rasa kasih sayang mereka. Bahkan hari ini,
rencananya akan dibagi-bagikan pisang di sekitar Bundaran HI untuk berbagi
kasih sayang.
Jauh sebelum tanggal
14 februari datang, berbagai toko dan mall-mall di kota-kota besar sibuk
menghiasi diri dengan pernak-pernik valentine, mulai dari coklat, bunga, boneka
panda berwarna merah muda, dan pernik lainnya. Padahal, kebanyakan dari
pemilik-pemilik toko tersebut adalah Muslim yang seharusnya tidak mendukung
perayaan yang tidak diajarkan dalam Islam ini. Karena merayakan hari
valentine sama saja dengan meniru kebiasaan orang kafir, dan dengan meniru
kebiasaan mereka, maka kita tak ubahnya seperti mereka. Naudzubillah!
Agama Islam telah
melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat
dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama
(baca: ijma’).
Inilah yang disebutkan
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al
Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy
Syu’un Al Islamiyah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah
uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103)
Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani
secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban.
(Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain,
Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang
kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan
Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ (hal. 1/269) mengatakan bahwa sanad
hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih
sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269:
Telah jelas di muka bahwa
hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama
Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Menghadiri
Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri
telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang
tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak
boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat
berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua. Allah Ta’ala berfirman, “Dan
orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon : 72).
Ibnul Jauziy dalam
Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak
menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan
karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur.
Di antara pendapat
yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak
menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin
Anas.
Jadi, ayat di atas
adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika
tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini
berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan
termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah
ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat
Islam.
Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai
Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik,
beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk
menghadapinya?” Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk
menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah.
Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“(Kalau begitu) engkau
akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain di
Shohih Bukhari, Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira
sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau
cintai).”
Anas pun mengatakan,
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan
‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka,
walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana
jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap
sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda.
Valentine-lah sebagai
pahlawan dan pejuang ketika itu.
Lihatlah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan
orang yang engkau cintai”.
Jika Anda seorang
muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah
bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir? Siapa yang mau dikumpulkan
di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan
bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Ucapan
Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya
berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan
Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang
Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu
disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine
(Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang
Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan
makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Telah kemukakan di
awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula
adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih
sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu
yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin),
sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya
Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan,
“Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi
orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari
valentine, ) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan)
kaum muslimin.
Contohnya adalah
memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan,
‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat
pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang
mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos
dari perkara yang diharamkan.
Ucapan selamat hari
raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud
yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar
dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh
Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman
keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
Hari
Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s
Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat
terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa
Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang
ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi.
Mulai dari yang paling
sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek
zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari
Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan
larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan,
berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu
menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang.
Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina
saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’ : 32)
Dalam Tafsir Jalalain
dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan
‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak
boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari
Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku
keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal
sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang
lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar
berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan
lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang
dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu
oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine.
Tidakkah mereka
memperhatikan firman Allah, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan.” (QS. Al Isra’ 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam
hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah
menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim)
Itulah sebagian
kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual
Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang
diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak
akhlak dan norma-norma agama.
Perlu diketahui pula
bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga
oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet
bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya
beragama Hindu.
Alasannya, karena hari
valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat.
Di katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu
saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena itu,
diingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak
boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu
menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan
mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan
kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala.
(Hanin Mazaya/dj2islam/arrahmah.com)
0 komentar: