Sunday, October 28, 2012

Serangan cyber adalah metode baru terorisme


Serangan cyber

Beberapa waktu yang lalu, telah diketahui bahwa peretas telah berusaha menyerang sistem komputer yang ada di kantor militer Gedung Putih di Washington DC. Kantor tersebut diketahui menyimpan data-data sensitif bagi negara Amerika Serikat mulai dari arsip biasa hingga kode peluncuran nuklir. Meskipun serangan tersebut tidak berhasil, pihak Amerika Serikat tidak menganggap enteng adanya hacker yang berkeliaran di dunia maya. Menurut Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta pihaknya kini lebih bersiap diri dalam menghadapi perang cyber. Dikatakan bahwa perang cyber dapat membuat negara Paman Sam tersebut menderita kerugian yang setara dengan serangan teror pada 11 September.

Data intelejen menunjukkan bahwa ada “aktor asing” yang saat ini sedang mengincar untuk menguasai sistem kontrol terhadap sejumlah target. Tentu saja targetnya adalah sejumlah fasilitas penting seperti industri dan transportasi. Hal ini bisa saja menjadi malapetaka bagi rakyat AS. Ketika “aktor asing” itu berhasil menguasai tombol penting, bisa saja mereka menggelincirkan kereta penuh muatan penumpang atau kereta dengan muatan bahan kimia berbahaya. Demikian kata Panetta di depan para pebisnis diatas kapal USS Interpid, sebuah kapal induk yang dimuseumkan saat ini.

Masih menurut Panetta, teroris bisa mencemari pasokan air di kota besar dan memutus jaringan listrik di sejumlah besar wilayah negara adidaya tersebut. Jika terjadi maka serangan teroris melalui dunia maya ini dapat melumpuhkan AS dan menciptakan kerentanan dari dalam tubuh negara tersebut. Dalam beberapa pekan terakhir saja, sejumlah perusahaan AS menjadi target serangan ketika sistem mereka dibebani dengan ‘data sampah’. Panetta juga menyebutkan bahwa para pebisnis juga harus berhati-hati dengan bahaya virus Shamoon yang menyerang perusahaan minyak miliki pemerintah Arab Saudi, yakni ARAMCO.Ada 30.000 komputer di ARAMCO yang terjangkit virus dan tak lagi bisa digunakan dan harus diganti. Setelah menyerang ARAMCO, beberapa hari kemudian, virus itu juga menyerang jaringan komputer dari RasGas, perusahaan gas alam dari Qatar.

Virus Shamoon mengganti data-data penting suatu sistem dengan gambar sebuah bendera AS yang terbakar. Virus ini juga melakukan penimpaan atau overwrite terhadap semua data komputer dengan data yang tidak jelas atau data sampah. Demikian penjelasan Panetta yang dilansir oleh BBC. Diinformasikan bahwa Departemen Pertahanan AS saat ini telah mengembangkan alat untuk melacak keberadaan penyerang. Operasi untuk menangkal dilakukannya serangan cyber juga telah dilakukan melalui jaringan komputer. 

Dikatakan bahwa para agresor potensial harus tahu bahwa AS punya kapasitas untuk menemukan lokasi mereka dan bisa memaksa mereka bertanggungjawa atas aksinya yang merugikan AS dan kepentingannya.
Masih menurut Panetta, opsi pertahanan saja tidak cukup. Pihaknya akan menempuh tindakan yang lain demi pertahanan negara jika ada kerusakan secara fisik atau pembunuhan terhadap warga AS. Hal ini akan diarahkan langsung oleh presiden. Aturan tentang hal tersebut sedang digarap dan segera akan diajukan kepada kongres. 

#IREKA SALSABILA

0 komentar: