Serangan cyber adalah metode baru terorisme
Beberapa
waktu yang lalu, telah diketahui bahwa peretas telah berusaha menyerang
sistem komputer yang ada di kantor militer Gedung Putih di Washington
DC. Kantor tersebut diketahui menyimpan data-data sensitif bagi negara
Amerika Serikat mulai dari arsip biasa hingga kode peluncuran nuklir.
Meskipun serangan tersebut tidak berhasil, pihak Amerika Serikat tidak
menganggap enteng adanya hacker yang berkeliaran di dunia maya. Menurut
Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta pihaknya kini lebih bersiap diri
dalam menghadapi perang cyber. Dikatakan bahwa perang cyber
dapat membuat negara Paman Sam tersebut menderita kerugian yang setara
dengan serangan teror pada 11 September.
Data
intelejen menunjukkan bahwa ada “aktor asing” yang saat ini sedang
mengincar untuk menguasai sistem kontrol terhadap sejumlah target. Tentu
saja targetnya adalah sejumlah fasilitas penting seperti industri dan
transportasi. Hal ini bisa saja menjadi malapetaka bagi rakyat AS.
Ketika “aktor asing” itu berhasil menguasai tombol penting, bisa saja
mereka menggelincirkan kereta penuh muatan penumpang atau kereta dengan
muatan bahan kimia berbahaya. Demikian kata Panetta di depan para
pebisnis diatas kapal USS Interpid, sebuah kapal induk yang dimuseumkan
saat ini.
Masih
menurut Panetta, teroris bisa mencemari pasokan air di kota besar dan
memutus jaringan listrik di sejumlah besar wilayah negara adidaya
tersebut. Jika terjadi maka serangan teroris melalui dunia maya ini
dapat melumpuhkan AS dan menciptakan kerentanan dari dalam tubuh negara
tersebut. Dalam beberapa pekan terakhir saja, sejumlah perusahaan AS
menjadi target serangan ketika sistem mereka dibebani dengan ‘data
sampah’. Panetta juga menyebutkan bahwa para pebisnis juga harus
berhati-hati dengan bahaya virus Shamoon yang menyerang perusahaan
minyak miliki pemerintah Arab Saudi, yakni ARAMCO.Ada 30.000 komputer di
ARAMCO yang terjangkit virus dan tak lagi bisa digunakan dan harus
diganti. Setelah menyerang ARAMCO, beberapa hari kemudian, virus itu
juga menyerang jaringan komputer dari RasGas, perusahaan gas alam dari
Qatar.
Virus Shamoon mengganti
data-data penting suatu sistem dengan gambar sebuah bendera AS yang
terbakar. Virus ini juga melakukan penimpaan atau overwrite terhadap semua data komputer dengan data yang tidak jelas atau data sampah. Demikian penjelasan Panetta yang dilansir oleh BBC.
Diinformasikan bahwa Departemen Pertahanan AS saat ini telah
mengembangkan alat untuk melacak keberadaan penyerang. Operasi untuk
menangkal dilakukannya serangan cyber juga telah dilakukan melalui
jaringan komputer.
Dikatakan bahwa para agresor potensial harus tahu
bahwa AS punya kapasitas untuk menemukan lokasi mereka dan bisa memaksa
mereka bertanggungjawa atas aksinya yang merugikan AS dan
kepentingannya.
Masih menurut
Panetta, opsi pertahanan saja tidak cukup. Pihaknya akan menempuh
tindakan yang lain demi pertahanan negara jika ada kerusakan secara
fisik atau pembunuhan terhadap warga AS. Hal ini akan diarahkan langsung
oleh presiden. Aturan tentang hal tersebut sedang digarap dan segera
akan diajukan kepada kongres.
#IREKA SALSABILA
0 komentar: